Berikut Ini Merupakan Wujud Berbaik Sangka Kepada Allah swt Kecuali….

- Penulis

Sabtu, 20 Maret 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tidak salah kiranya, bila saya mengatakan bahwa hampir setiap sesuatu ada pengecualiannya. Maka dari itu, saya memang akan membahas seputar pengecualian dari berbaik sangka kepada Allah dengan judul: berikut ini merupakan wujud berbaik sangka kepada allah swt kecuali

Namun, agar pembahasan rentet, kita bahas terlebih dahulu maksud dan tujuan dari berbaik sangka kepada Allah.

Kenapa Kita Harus Berbaik Sangka kepada Allah?

Dalam salah-satu hadis Qudsi, Nabi Muhammad menyampaikan firman Allah:

أنا عند ظن عبدي بي

“Aku sebagaimana sangkaan hambaku kepada saya”

Di lain sisi, Allah memang melarang kita berputus asa akan rahmatnya. Allah berfirman:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (53)

“Katakanlah: Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

(QS. az-Zumar[39]:53)

Bagaimana caranya agar berbaik sangka kepada Allah?

Kami akan memberikan beberapa poin yang perlu Anda pikirkan agar selalu berbaik sangka kepada Allah. Kebanyakan poin berikut saya dapatkan dari kitab al-Hikam adikarya Syekh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari. Juga dari bebrapa syarah Hikam sendiri. Namun, agar tidak terlalu ribet, saya langsung berikan beberapa poin berikut ini:

  1. Yang terbaik bukan yang sama persis sebagaimana yang kau pinta, melainkan segala sesuatu yang Allah berikan kepadamu.

    Ingat, pengetahuan kita terbatas. Dari pengetahuan yang terbatas itu, kadang-kala kita menginginkan sesuatu, yang menurut kita, itu sudah yang terbaik. Namun, Allah tetap akan memberikan yang sesuatu yang memang terbaik. Jadi, bila kadang kehidupan berjalan tidak seperti yang kita inginkan, percayalah, itu yang terbaik kepada kita.

  2. Bila Allah memberikan sesuatu selepas kau berdoa, jangan kau yakini bahwa doa itu yang menjadi penyebab Allah memberikan hal tersebut.

    Mengapa begitu? Apa pun yang terjadi di dunia ini berdasarkan kehendak Allah. Kehendak Allah sendiri sudah ada semenjak zaman azali. Kita sendiri, kan, kala itu belum ada. Mustahil sesuatu yang belum ada menjadi penyebab dari adanya sesuatu.
    Alhasil, bila yang diberikan Allah tidak sesuai dengan apa yang kau minta, ya, jangan marah. Karena doa kamu memang tidak berdampak apa-apa terhadap pemberian dari Allah. Paling tidak, kamu meyakini, bahwa Allah memberi tanda atas pemberian-Nya dengan cara menakdirkan kamu berdoa kepada-Nya. Sekadar tanda. Tidak lebih.

  3. Bila merasakan kenikmatan taat, yakinlah itu merupakan tanda bahwa amalmu diterima

Nah, tibalah kita kepada pembahasan inti, yakni, berikut ini merupakan wujud berbaik sangka kepada Allah swt kecuali…

Berikut ini merupakan wujud berbaik sangka kepada Allah SWT kecuali?

Pengecualian berbaik sangka yang kerap dianggap bagian dari berbaik sangka ialah: Allah wajib menakdirkan yang terbaik kepada makhluk. Nah, pemahaman semacam ini tidak bisa dibenarkan. Setiap perkara mungkin, jaiz bagi Allah untuk diciptakan atau pun tidak.
Ada orang beribadah terus menerus dan tidak pernah bermaksiat, Allah tidak wajib memasukkannya ke surga. Begitu pun sebaliknya, ada orang selalu bermaksiat, ya, bagi Allah tidak wajib pula dimasukkan ke neraka. Sah-sah saja Allah memasukkan orang bejat ke surga, dan orang taat ke neraka.
Hanya saja, Allah biasanya memberikan tanda bahwa bila orang itu hendak dimasukkan surga, orang tersebut diberi tanda dengan ketaatan. Sebatas tanda. Tidak lebih.

Berita Terkait

Hubungan Syariat, Tarekat, dan Hakikat
Bukti Manusia Lebih Mulia dari pada Malaikat
Hukum Alam dalam Islam
9 Macam Nama (الاسم) Beserta Penjelasan dan Contohnya
Filosofi Rambut Putih (Uban) ala Kasidah Burdah
Aswaja, Salafi dan Wahabi
Apa Itu Kalamullah? – Memahami al-Quran yang Bukan Makhluk
Nur Muhammad Qadim dalam Al-Barzanji?
Berita ini 104 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Kamis, 7 Desember 2023 - 23:10 WIB

Kisah Nyata Anak Kecil Menyanggah Seorang Syekh

Selasa, 5 Desember 2023 - 06:46 WIB

Sejarah Mimbar Masjid Nabawi

Selasa, 28 Juni 2022 - 23:39 WIB

Kisah Ahmed Yassin Sang Pendiri Hamas

Kamis, 30 Desember 2021 - 06:01 WIB

Ajaib, Sungai Nil Mendapat Surat dari Sayyidina Umar

Senin, 29 November 2021 - 04:06 WIB

Meneliti Buah yang Dimakan Nabi Adam

Rabu, 24 November 2021 - 18:07 WIB

Firaun Hendak Mengurangi Jumlah Penduduk Ibrani dengan Cara Ini

Rabu, 15 September 2021 - 20:05 WIB

Menghadapi Dunia Tipu-Tipu Setan

Sabtu, 11 September 2021 - 18:02 WIB

Biografi Mas Dwy Sadoellah

Berita Terbaru

Fikih

Daftar Lengkap Halal-Haram Binatang ala Mazhab Syafi’i

Jumat, 26 Jan 2024 - 10:46 WIB

Akidah

Hubungan Syariat, Tarekat, dan Hakikat

Jumat, 19 Jan 2024 - 22:28 WIB

kisah

Kisah Nyata Anak Kecil Menyanggah Seorang Syekh

Kamis, 7 Des 2023 - 23:10 WIB

Sejarah

Sejarah Mimbar Masjid Nabawi

Selasa, 5 Des 2023 - 06:46 WIB