Mustaqim.NET – Dalam pembahasan balagah, tidak lepas dengan perbincangan perihal qasar. Tentu ini bukan membahas tata cara sholat qashar. Karena itu sudah lumrah dalam fikih. Qasar dalam istilah balagah ialah mengkhususkan suatu hal kepada hal yang lain dengan tata cara tertentu.
Semisal perkataan, “Tidak seorang pun meraih kesuksesan, kecuali mereka yang berusaha.” Perkataan tersebut mentakhsis sukses kepada mereka yang berusaha. Dengan arti, sama-sekali kesuksesat tidak tercapai oleh seseorang yang tidak berusaha.
Begitu pula contoh, “Kehidupan itu hanyalah hal yang melelahkan.” Perkataan tersebut tidak lain dan tidak bukan merupakan mentakhsis kehidupan dengan sesuatu yang melelahkan. Tidak ada satu pun di dunia ini yang tidak melelahkan. Semua melelahkan!
Dua contoh di atas dikatakan qasar gara-gara ada kata yang menjadi alat qasar. Semisal, saya buang alatnya, jadilah kata-kata, “Orang yang berusaha, meraih kesuksesan”. Juga jadilah perkataan, “Kehidupan adalah kelelahan.” Dua ucapan tadi sama sekali tidak mengandung qasar. Karena sudah alat yang menjadikan kata-kata tadi qasar, sudah hilang.
Alat-alat qasar, dalam bahasa Arab ialah:
- Innama
- ‘athaf la, bal, dan lakin.
- Nafi plus istitsna’
- Mendahulukan sesuatu yang mestinya diakhirkan
Sedangkan istilah yang dipakai oleh ahli balagah dalam contoh, “Tidak seorang pun meraih kesuksesan, kecuali mereka yang berusaha,” adalah sebagaimana berikut.
- Kesuksean = maqshûr
- Orang yang berusaha = maqshûr ‘alaih
Dalam contoh itu, juga ada istilah qasar sifat kepada mausuf. Mengapa demikian? Karena Sukses dalam bahasa Arab merupakan sifat. Sedangkan orang yang berusaha merupakan susuatu yang bersifat, maka istilahnya qasar sifat kepada yang bersifat (qashrus-sifat ‘alal maushuf).
Coba kita praktikkan kepada contoh kedua, “Kehidupan itu hanyalah sesuatu yang melelahkan.” Dalam contoh ini, istilahnya sebagimana berikut:
- Kehidupan = maqshûr
- Sesuatu yang melelahkan = maqshûr ‘alaih
Dalam contoh barusan, malah sebaliknya. Dengan artian, qasar tersbut merupakan qasar bersifat kepada sifat. Karena kehidupan merupakan sesuatu yang bersifat. Sedangkan suatu keadaan yang melelahkan merupakan sifat. Oleh karenanya, ini tergolong qashrul-maushûf ‘alash-shifat; mengqasar sesuatu yaneg bersifat kepada sifat.
Contoh lain seputar qasar adalah sebagaimana berikut:
NO | CONTOH | KATEGORI | JENIS | Maqshur | Maqshur Alaih |
1 | Yang takut kepada Allah hanyalah ulama | Qasar sifat kepada yang bersifat | hakiki | Yang takut kepada Allah | Ulama |
2 | Tidak ada seorang Muhammad kecuali berupa Rasul | Qasar yang bersifat kepada sifat | idhafi | Muhammad | Rasul |
3 | Tiada seseorang kecuali seperti rembulan | Qasar yang bersifat kepada sifat | idhafi | Seseorang | Seperti rembulan |
4 | Harta hanyalah yang dipakai, bukan yang disimpan | Qasar yang bersifat kepada sifat | idhafi | Harta | Yang dipakai |
Qasar Haqiqi dan Qasar Idhafi
Kita sudah membahas bahwa qasar ditunjau dari kedua tharaf-nya terbagi menjadi dua: qasar sifat kepada yang bersifat dan qasar yang bersifat kepada sifat. Saya akan memberikan empat contoh berikut ini:
- Tidak ada aliran sungai besar di Mesir, kecuali sungai Nil.
- Sesungguhnya pemberi rizki hanyalah Allah.
- Tidak ada yang dermawan, kecuali Sayyidina Ali.
- Sesungguhnya Hasan itu hanyalah seorang pemberani.
Dua contoh pertama di atas, tergolong qasar sifat kepada yang bersifat. Sifat keduanya sama-sama tidak terlepas dari yang bersifat. Karena itulah hal ini dinamakan qasar hakiki.