Mustaqim.NET – Banyak pararabu yang bertanya perihal: kemuliaan manusia yang lebih daripada malaikat ditegaskan dengan bukti apa? Kami pun pernah memhas hal-ihwal berkaitan malaikat terkait: apakah malaikat memiliki jenis kelamin? Dari sana kami dapat mengerti ternyata keingintahuan pararabu terkait malaikat sangatlah tinggi.
Terkait kemuliaan manusia daripada malaikat, ada dua model kajian. Kajian pertama menggunakan teks-teks keagamaan (nash). Kajian kedua menggunakan akal. Syekh Dr. Muhammad Said Ramadhan al-Buthi dalam kitabnya Kubral-Yaqiniyat al-Kauniyat (hlm. 245) menjelaskan:
الانسان أفضل المخلوقات وأشرفها. ثبتت بدليلين: أحدهما دليل الخبر اليقيني الصادق، ثانيهما برهان العقل
“Manusia merupakan makhluk yang afdal dan paling mulia. Hal tersebut berdasarkan dua dalil. Dalil pertama melalui jalur informasi yang terpercaya (nash al-Quran dan hadis). Dalil kedua menggunakan akal.”
Dengan begitu pembuktian terkait manusia lebih unggul daripada malaikat memiliki dua bukti: akal dan nash.
Dalil al-Quran Kemuliaan Manusia Lebih daripada Malaikat
Banyak ayat yang menjelaskan bahwa manusia lebih mulia daripada malaikat. Di antara dua ayat berikut ini:
وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ اَبٰى وَاسْتَكْبَرَۖ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Sujudlah kamu kepada Adam!’ Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir.”
(QS. Al-Baqarah: 34)
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْٓ اٰدَمَ وَحَمَلْنٰهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلْنٰهُمْ عَلٰى كَثِيْرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلًا ࣖ
“Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna”
(QS. Al-Isra: 70)
Mengenai dua ayat tersebut, Syekh Dr. Muhammad Said Ramadhan al-Buthi menjelaskan bahwa ayat tersebut secara sarih menjelaskan manusia makhluk yang paling mulia. Namun, untuk memosisikan manusia lebih mulia daripada malaikat masih ada keihtimalan. Keihtimalan tersebut terletak pada kata katsirin (kebanyakan) dalam ayat yang berbunyi:
وَفَضَّلْنٰهُمْ عَلٰى كَثِيْرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلًا ࣖ
“Dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna”
(QS. Al-Isra: 70)
Perbedaan Pendapat
Dalam memahami ayat tersebut terdapat silang pendapat. Ada yang memaminya menggunakan dalil khithab (mafhum mukhalafah/kebalikannya). Dengan kata lain, ayat tersebut memiliki pemahaman keberadaan sedikit makhluk yang masih lebih mulia ketimbang manusia. Karena dalam ayatnya, manusia lebih mulia di atas ‘banyak’ makhluk, bukan ‘semua’.
Namun, ada yang berpendapat pula bahwa kata katsirin merupakan kata lain dari kullin (semua). Jadi ayat tersebut menerangkan bahwa manusia lebih mulia dari semua makhluk. Penjelasan lengkapnya sebagaimana berikut:
اما من لم يتمسك بدليل الخطاب واكتفى بالأخذ بما ينطق به النص، فقد قال إن استعمال الكلمة كثير بدلا من الكل لا يدل على أن الحال في القليل بالضد. وأمضى الآية على عمومها في أفضلية الانسان على سائر المخلوقات.
“Adapun ulama yang tidak menggunakan dalil khithab (mafhum mukhalafah/memahami sebaliknya) serta mengambil cukup dari apa yang tertuang dalam teks, berpendapat bahwa kata katsir merupakan kata ganti dari kull (semua) serta tidak menunjukkan bahwa ada sebagian kecil yang sebaliknya. Ayat tersebut tetap pada keumumannya, yakni manusia lebih mulia ketimbang segenap makhluk.”
Malaikat Lebih Mulia Ketimbang Manusia
Sahabat nabi yang secara tegas berpendapat bahwa malaikat lebih mulia ketimbang manusia adalah Sahabat Ibnu Abbas. Beliau termasuk ulama yang memahami menggunakan dalil khithab terkait ayat yang telah kami cantumkan. Selain ayat tersebut, ayat lain juga ada yang menyiratkan bahwa malaikat lebih mulia ketimbang manusia. Ayat-ayat tersebut antara lain:
بَلْ عِبَادٌ مُّكْرَمُونَ لا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُم بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ
“Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan. Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.”
(QS. Al-Anbiya’: 26-27)
لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
“(Malaikat-malaikat) tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
(QS. At-Tahrim: 6)
Juga, selain al-Quran, ada hadis Qudsi yang berbunyi:
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا، وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
“Allah berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku pada-Ku. Aku bersamanya apabila dia mengingat-Ku. Jika dia mengingat-Ku sendiri, Aku mengingatnya sendiri. Jika dia mengingat-Ku dalam keramaian, Aku mengingatnya dalam keramaian yang lebih baik dari mereka. Jika dia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekat kepada-Nya sehasta. Jika dia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku akan mendekat kepada-Nya sedepa. Jika dia mendatangi-Ku berjalan, Aku akan mendatanginya berlari.”
Mengomentari hadis tersebut, Imam al-Qurthubi menjelaskan:
وهو نص في أفضلية الملائكة
“Hadis tersebut merupakan nash terkait keafdalan malaikat (ketimbang manusia).”
Manusia Lebih Mulia Ketimbang Malaikat
Menjawab kemuliaan manusia yang lebih daripada malaikat ditegaskan dengan bukti nash dan akal, menurut pendapat jumhur Ahlusunah Waljamaah, soal keutamaan manusia dan malaikat perlu memerlukan perincian. Para nabi dan shiddiqin selaku manusia yang khash, lebih utama ketimbang para malaikat yang khash. Begitu pula, manusia awam tentu lebih mulia dari malaikat yang awam. Dalam kitab yang sama, Syekh Dr. Muhammad Said Ramadhan al-Buthi mengatakan:
ومذهب جمهور أهل السنة والجماعة أن الخواص البشر من الانبياء والصديقين أفضل من الخواص الملائكة. وهم الذين خصهم الله بالذكر في كتابه الكريم وعوام البشر وهم الصالحون من المسلمين أفضل من عوام الملائكة
“Mazhab jumhur Ahlusunah Waljamaah berpandangan bahwa manusia yang khawwas, yakni para nabi dan shiddiqin, lebih utama ketimbang malaikat yang khawwash. Mereka adalah yang secara khusus Allah sebutkan dalam kitab-Nya. Begitu pula manusia yang awam, yakni muslim yang saleh, lebih mulia ketimbang malaikat yang awam.”
Dalil al-Qurannya sebagaimana berikut:
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اُولٰۤىِٕكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِۗ
“Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.”
(QS. Al-Bayyinah: 7)
Tentunya, al-bariyyah di sana mencakup pula malaikat. Jadi, manusia memang lebih mulia ketimbang seluruh makhluk, termasuk malaikat.
Begitu pula hadis yang Abu Dawud riwayatkan:
إِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ
“Sesungguhnya malaikat menaruh sayapnya karena rida kepada penuntut ilmu”
(HR. Ibnu Majah)
Dalam Syarah an-Nasafiyah (hlm. 501) terdapat keterangan bahwa manusia memiliki tuntutan taklif, sekaligus memiliki ragam syahwat dan hawa nafsu, yang mana manusia dapat mendapatkan pahala jika bisa mengalahkannya. Hal tersebut tidak ada pada diri malaikat. Dari sanalah, manusia memiliki kedudukan yang lebih tinggi ketimbang malaikat.
Itulah tadi penjelasan terkait kemuliaan manusia yang lebih daripada malaikat ditegaskan dengan bukti nash dan akal.
Kajian secara lengkapnya bisa dilihat pada video berikut: