- Mu’tazilah beranggapan bahwa Iradah tergantung pada perintah Allah
Tanggapan: Pendapat itu tidak benar. Sebab, Abu Jahal diperintah masuk Islam, akan tetapi Iradah-Nya berkata lain
- Menurut ahlul-haq urutan dalam tiga sifat Allah sebagaimana berikut:
ILMU |
IRADAH |
QUDRAH |
- Beberapa
argumen mengenai kaitan sifat Qudrah dan Iradah:
- Keduanya adalah sifat yang mengefek (muattsir). Sedangkan efek (atsar) itu sendiriharus berawal tidak ada. Jadi, jika sifat wajib (yang tak pernah tiada) bisa menerima pada Qudrah dan Iradah, maka akan ada perombakan pada yang sudah jadi (tahsilul-hâshil)
- Andai kata keduanya masuk (baca: berkaitan) pada sifat mustahil. Niscaya akan terjadi kebalikan dari kebenaran (qalbul-haqâiq)
- Pendapat Ibnu Hazm, mengenai jika Allah mustahil punya anak “berarti Allah lemah,” tidak dapat dibenarkan! Sebab, dikatakan lemah jika tidak mampu mengerjakan yang berkaitan
- Keterbukaan sifat Ilmu—mulai dari azali sampai seterusnya—sangat jelas. Serta tanpa melalui berfikir dan mencari dalil, dan tidak akan pernah bertentangan dengan Ilmu Allah
- Semua sifat ma’âni memiliki ta’alluq, kecuali sifat Hayât. Dengan kata lain, keberadaannya tidak membutuhkan perkara lain. Mengingat, sifat yang memiliki keterkaitan hanyalah sifat yang membutuhkan perkara lain (amrun zâid)
- Perbedaaan anatara Sama’–Bashar-Nya Allahdangan sama’-bashar-nya makhluk, sebagaimana berikut:
Sifat | Allah | Makhluk |
Sama’ dan Bashar | Mendengar dan melihat semua perkara maujud, baik baru ataupun tidak | Hanya mendengar suara dari arah tertentu dan Hanya melihat jisim, warna, bentuk dari arah dan cara tertentu |
- Al-Quran: Kalamul-Lah dalam subtansinya (dalâlah) bukan dalam literalnya (hulûl)
- Ulama menyamakan suara hati dengan Kalamul-Lah hanyalah terletak pada ‘tanpa suara’ dan ‘tanpa huruf’, tidak lainnya!. Sedangkan tujuan utamanya adalah: menolak argumen Mu’tazilah
- Mustahil ada keserupaan Allah dengan makhluk-Nya dalam segi dzat, sifat dan pekerjaan. Untuk itu mustahil jika suara hati disamakan dengan Kalamul-Lah
- Sifat yang berfungsi mengetahui bau dan rasa, ulama berbeda pendapat. Sebagian ada yang berpendapat menggunakan sifat Ilmu. Sebagian yang lain mengatakan bukan dengan Ilmu, yang mana ta’alluq-Nya adalah semua perkara wujud
RINGKASAN
Taalluq sifat maâni | Tidak memiliki keterkaitan | Hayât |
Setiap perkara mungkin | Qudrah & Irâdah | |
Semua perkara wujud | Sama’ & Bashar | |
Hukum Akal (wajjib, mustahil dan jaiz) | Ilmu & Kalâm | |
Rekor umum Ta’alluq: Ilmu & Kalâm Keunggulan Qudrah & Irâdah: Ber-ta’alluq pada perkara mungkin (mesikipun tidak ada) Keuunggulan Sama’ & Bashar: Ber-ta’alluq pada sifat wajib Allah |
Pembahasan Sifat Ma’nawiyyah
Penyebab (‘illat) menculnya sifat maknawiyyah adalah sifat ma’âni. Maka secara oto matis, dzat yang memiliki sifat ma’âni, memiliki sifat ma’nawiyyah.
Definisi Ma’nawiyyah
- Menurut ulama yang meniscayakan ahwâl: Sifat yang menetap pada dzat yang ada
- Menurut ulama yang mentiadakan ahwâl: Ungkapa pada dzat yang memiliki sifat ma’âni
Muhammad ibnu Romli |Mustaqim.net