Mustaqim.NET – Dalam tongkrongan kali ini, Liham membuka pertanyaan, “Apa jangan-jangan…. Ini saya bilang jangan-jangan, ya! Apakah nabi dan rasul itu bukan utusan Allah?” Semua peserta tongkrongan tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan aneh tersebut. “Mana mungkin, Ham! Wong, kata rasul sendiri memiliki arti utusan. Kok, bisa, rasul tapi bukan utusan?!” Sambung Syafiq.
Begitulah kira-kira percakapan yang ada di benak saya sendiri, ketika “dipaksa” menulis tema aneh tersebut. Iya. saya secara terpaksa menulis apakah nabi dan rasul itu bukan utusan Allah. Selaku anak pesantren, saya merasa aneh banget dengan tema tersebut. Seakan menanyakan sesauatu yang paradoks.
Namun, saat berpikir-ulang, kayaknya memang masih sedikit sekali masyarakat yang bisa membuktikan bahwa para rasul benar-benar merupakan Allah yang mengutus. “Kita, kan, enggak ngelihat Allah, bagaimana kita bisa tahu bahwa Allah yang mengutus rasul?” Begitu kira-kira pertanyaan yang terlontar sebagian orang.
Untuk menggugurkan kewajiban, saya akan membahas mengenai bukti logis perihal para rasul memang utusan Allah. Kami kumpulkan dari beberapa kitab ilmu kalam yang muktabarah.
Sebelum melanjutkan, kami akan disclaimer terlebih dahulu, bahwa tulisan ini untuk orang yang sudah meyakini keberadaan tuhan. Bagaimana saya bisa mengklaim bahwa nabi utusan tuhan, bila orang tersebut belum meyakini keberadaan tuhan. Kita bahas dulu secara rentet, mulai dari mukjizat.
Bagi yang belum mempercayai keberdaan tuhan, silahkan baca artikel tentang bukti adanya tuhan secara logika
Mengenal Mukjizat
Pertama, kita harus berkenalan dulu dengan yang namanya mukjizat. Dalam istilah ilmu kalam, mukjizat merupakan sebuah peristiwa luar biasa, sebagai bukti pengakuan nabi, tanpa ada yang bisa menandingi. Mudahnya, ada seseorang mengaku nabi. Kemudian saat dimintai bukti, terjadilah peristiwa luar biasa. Peristiwa itulah yang dimaksud dengan mukjizat.
Perbedaan mukjizat dengan sihir ialah: bila mukjizat, tentu tidak akan ada yang bisa menandinginya. Berbeda dengan sihir yang masih bisa tertandingi.
Sebagai perumpamaan, seperti bila seorang raja mengutus seseorang. Kemudian orang itu mendeklarasikan diri sebagai utusan raja. Saat dimintai bukti, orang itu mengatakan di hadapan raja bahwa raja tersebut akan berdiri dari tempat duduknya. Setelah mendengar perkataan tersebut, tanpa basa-basi, raja tersebut berdiri. Nah, berdiri tersebut sebagai pembenaran secara simbolis.
Begitu pula mukjizat. Karena semua hal ini merupakan ciptaan Tuhan dan kehendak-Nya, peristiwa mukjizat juga sebagai bentuk pembenaran terhadap pengakuan nabi. Dari sana, dapat kita simpulkan bahwa para rasul memang benar-benar utusan Allah.
Kita, kan, tidak melihat langsung mukjizat, bagaimana bisa kita tahu bahwa para rasul benar-benar utusan Allah? Untuk menjawab hal itu, kita harus tahu terlebih dahulu bahwa sumber pengetahuan tidak hanya dengan melihat secara langsung saja. Setidaknya ada tiga jalan pengetahuan: akal, panca indra dan informasi yang autentik.
Nah, untuk membuktikan sejarah, kita tentu kita membutuhkan kabar yang autentik. Jika ada, maka sudah cukup membuktikan bahwa peristiwa tersebut memang benar-benar ada, tanpa melihatnya langsung. Layaknya kita membuktikan, apakah konon memang ada Nabi Adam. Kita tentu mengatakan ada, dengan bukti bahwa tersebar informasi perihal keberadaan Nabi Adam, meski pun kita tidak melihatnya langsung. Lagi pula, terkhusus mukjizat Nabi Muhammad, ada yang bisa kita saksikan hingga saat ini, yaitu berupa al-Quran.
Kesimpulan
Dengan pemaparan tersebut, kami tidak setuju atas klaim yang mengatakan bahwa para nabi dan rasul itu bukan utusan Allah. Semoga bermanfaat!