Satu kali lagi, Kak! Katanya, “fi’lu kulli mumkinin aw tarkuhu” merupakan sifat jaiz bagi Allah, apa arti dari sifat jaiz tersebut!
***
Arti dari “fi’lu kulli mumkinin aw tarkuhu” adalah Allah berkuasa menciptakan dan meninggalkan perkara mungkin.
Apa memang terbatas kepada perkara mungkin, Kak?
Ya pasti, lha! Bukan jâiz namanya bila berkaitan dengan perkara wajib dan mustahil. Sebab, jâiz adalah sesuatu yang boleh ada, juga boleh tiada.
Sedangkan wajib adalah perkara yang harus ada. Begitupun mustahil adalah sesuatu yang harus tiada. Maka, jika dimasuki oleh jâizakan terjadi keterbalikan kenyataan (qalbul-haqâiq).[1] Dengan kata lain, dari wajib-mustahil beralih ke jâiz.[2]
Bedahalnya dengan pendapat kaum Muktazilah, yang menyatakan bahwa Allah SWT wajib memberikan kebaikan kepada makhluk.[3] Dan, tidak perlu kusebut lagi bahwa hal itu mustahil.
Andai doktrin itu benar, niscaya Allah SWT memberi hidayah[4] kepada mereka. Wal-Lâhu a’lam bish-shawâb!
Oh, ya, mengenai hukum meyakini sifat jaiz Allah hukumnya adalah wajib. Sebagaimana yang telah kami singgung dalam artikel yang berjudul Beginilah Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, bahwa mengetahui Allah dan sifat-Nya merupakan kewajiaban yang perdana.
[1]Ummul-Barâhîn, hal. 172
[2]Ummul-Barâhîn, hal. 171
[3]Ummul-Barâhîn, hal. 172
[4]Ummul-Barâhîn, hal. 172