Banyak orang salah mengartikan istilah sufi. Terkadang, ada saja yang menyematkan istilah sufi hanya kepada figur yang primitif, tidak canggih, dan ndeso. Seakan sangat tidak cocok seorang sufi hidup pada abad 21 ini. Lebih parah lagi, mengklaim bahwa tasawuf sudah tidak sinkron diaplikasikan pada era digital saat ini.
Perlu kiranya mengenalkan kepada masyarakat umum akan arti sufi yang sebenarnya. Hakikat sufi bukanlah mereka yang kumuh, melainkan mereka yang peduli akan kebersihan. Orang dikatakan wara’ juga bukan lantaran meninggalkan makanan lezat dan memakai pakaian compang-camping. Buktinya, banyak ayat yang menentang istilah wara’ seperti itu, di antaranya:
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ ٱللَّهِ ٱلَّتِىٓ أَخْرَجَ لِعِبَادِهِۦ وَٱلطَّيِّبَٰتِ مِنَ ٱلرِّزْقِ ۚ قُلْ هِىَ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۗ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ ٱلْءَايَٰتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
“Katakanlah (Muhammad), ‘Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah disediakan untuk hamba-hamba-Nya dan rezeki yang baik-baik? Katakanlah, ‘Semua itu untuk orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, dan khusus (untuk mereka saja) pada hari Kiamat.’ Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu untuk orang-orang yang mengetahui.”
Imam Suyuthi dalam tafsir al-Iklîl menafsiri ayat tersebut dengan:
فِيْهِ رَدٌّ عَلَى مَنْ يَتَوَرَعَ عَنْ أَكْلِ المُسْتَلَذَّاتِ وَلبْسِ المَلَابِسِ الرَّفِيْعَةِ
“Ayat tersebut menolak kepada orang yang sok warak dengan cara meninggalkan makanan lezat dan enggan memakai pakaian bergengsi”.
Tentu, sangat bertentangan dengan paham kebanyakan orang; yang kadang hanya menilai sesuatu dari zahir, tetapi lalai akan hakikatnya. Oleh karenanya, penting saya utarakan beberapa ayat yang mengubah cara berpikir kebanyakan, sehingga dapat dengan mudah mengaplikasikan tasawuf yang sebenarnya pada era digital, khususnya bagi yang terbiasa berselancar di media sosial.
Untuk itu, dalam puluhan esai yang akan saya tulis ini, semuanya terfokus kepada hal-ihwal media sosial yang bila dilihat sepintas seakan bertentangan dengan dunia para sufi. Namun, bila kebiasaan tersebut diarahkan sesuai dengan budaya tasawuf, malah hal tersebut sangat cocok dengan intisari tasawuf itu sendiri.
Alhasil, saya sangat menginginkan para netizen bisa dekat dengan Allah melalui jari-jari mereka di dunia maya. Bukan malah, jari-jari mereka melemparkan diri nereka; menjauh dari sisi Allah. Naudzubil-Lah!