Nabi Muhammad SAW adalah sosok sempurna, dan kita harus mengaca kepadanya. Terlebih dalam urusan agama. Begitu pun dalam dakwah, Nabi Muhammad SAW memiliki ciri khas tersendiri. Dakwah Islam, begitu berarti bagi Nabi Muhammad SAW.
Suatu saat baginda Nabi Muhammad SAW memberi perumpamaan. Beliau dengan nabi terdahulu sama dengan seseorang membangun gedung bagus, hanya saja kurang satu bata. Nabi Muhammad-lah yang menjadi satu batu bata yang menyempurnakannya.
Syekh Ramadhan al-Buthi dalam kitab Fiqhus-Sirahnya menjelaskan, maksud dari hadis itu ialah: tiap nabi memiliki dua bahan dakwah. Pertama, akidah. Kedua, syariah dan akhlak.
Dalam akidah sudah jelas, tiada beda antara dakwah Nabi Muhammad dengan dakwah nabi-nabi yang lain. Mustahil akidah para nabi berbeda. Akidah ialah ikhbar/informasi. Sangat tidak masuk akal, bila ada dua informasi bertolak-belakang dari sumber satu yang pasti kebenarannya, yaitu Allah SWT.
Berbeda dengan syariah yang termasuk dalam kategori insya’/perintah. Syariah disesuaikan dengan keadaan umat. Wajarlah bila berbeda.
Sekadar contoh, dakwah Nabi Musa cenderung keras. Menurut satu riwayat, pada masa itu cenderung azimah, tanpa ada rukhsah. Hal demikian memang sesuai dengan obyek kaum Bani Israel.
Berbeda dengan Nabi Isa, yang cenderung longgar dan santai. Tergambar jelas dalam ayat Ali Imran ayat 50.
وَمُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَلِأُحِلَّ لَكُمْ بَعْضَ الَّذِي حُرِّمَ عَلَيْكُمْ ۚ وَجِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ
“Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) daripada Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. “
Dakwah ala Nabi Muhammad
Nabi Muhammad adalah nabi yang paling sempurna dan menjadi penyempurna nabi-nabi yang lain. Dakwah Islam yang dilakukan beliau, tentu memiliki khas tersendiri.
Memang dakwah beliau bertahap; memilliki beberapa fase. Namun, kita ambil contoh dakwah nabi setelah hijrah. Lebih tepatnya, pada akhir tahun enam hijriyah.
Dikenal dengan Perdamaian Hudaibiyah. Poin kesepakatan di sana jelas merugikan umat Islam. Lihatlah mana letak keuntungan bagi Islam kesepakatan: siapa yang datang kepada Nabi Muhammad tanpa seizin walinya, harus dikembalikan, sedangkan yang datang dari kelompok Nabi Muhammad kepada orang Quraisy, tidak boleh dikembalikan? Sekilas tidak ada. Namun, Nabi Muhammad benar-benar menyepakati kesepakatan tersebut, serta mentaatinya.
Selengkapnya, mungkin saya tulis pada episode berikutnya, insyaaallah!
Miromly Attakriny | mustaqim.net