Syukur dan Hamdun, Apa Bedanya?

- Penulis

Selasa, 10 November 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mustaqim.net – Sebagaimana kitab lainnya, Imam as-Sanusi membuka kitabnya dengan pujian (hamdun) kepada Allah serta selawat salam untuk Rasulullah SAW. Beliau mengatakan:

الَحْمُد للهِ. وًالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُولِ اللهِ.

“Alhamdulillah. Selawat dan salam untuk Rasulullah”

Sebenarnya, apa, sih, yang dinamakan hamdun?

Imam as-Sanusi dalam Syarah Ummul Barahin membedakan takrif antara hamdun dengan syukur. Keduanya, sama-sama memuji, hanya saja ada karakteristik masing-masing.

Hamdun adalah: pujian menggunakan kalam atas dasar bagusnya sifat mahmud (yang dipuji), baik dia berbuat baik (ihsan), atau sekadar kesempurnaan dirinya.

Beliau mengartikan syukur dengan: pujian menggunakan lisan atau selainnya (bisa dengan hati atau anggota badan yang lain) atas dasar kenikmatan yang diberikan.

Dengan takrif tersebut, kita sudah bisa merasakan perbadaan keduanya. Keumuman serta kekhususan masing-masil sangat kerasa.

Semisal, meninjau alat (mahal) pemujian, syukur tentu lebih umum ketimbang hamdun, mengingat hamdun hanya bisa dengan kata-kata saja (kalam). Oleh karenanya, syukur lebih umum lantaran bisa menggunakan perkataan, perbuatan, bahkan bisikan hati.

Namun, dari sisi dorongan pujian (muta’allaq) justru hamdun lebih umum daripada syukur. Ingat, syukur hanya didorong kenikmatan yang diberikan, alias yang dipuji harus berbuat kebaikan terlebih dahulu (ihsan). Beda dengan hamdun, yang bukan hanya atas dasar ihsan, tetapi bisa saja atas dasar kesempurnaan sifat yang zat dipuji (kamal).

Oh, ya, hampir kelewat. Imam as-Sanusi juga membocorkan alasan mengapa beliau menggunakan kata kalam saat mendefinisikan wajib. Alasan beliau ialah: agar mencakup pujian dari Allah (hamdun qadim), yang tentu dengan firman-Nya, tanpa menggunakan lisan.

Muhammad ibnu Romli

Berita Terkait

AGAMA & SAINS: Kritik Seputar Istilah Ilmiah
Hubungan Syariat, Tarekat, dan Hakikat
Bukti Manusia Lebih Mulia dari pada Malaikat
Hukum Alam dalam Islam
9 Macam Nama (الاسم) Beserta Penjelasan dan Contohnya
Aswaja, Salafi dan Wahabi
Apa Itu Kalamullah? – Memahami al-Quran yang Bukan Makhluk
Nur Muhammad Qadim dalam Al-Barzanji?
Berita ini 237 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Senin, 8 Juli 2024 - 20:08 WIB

Dalil Rukyat Hilal Tiap Bulan

Jumat, 19 Januari 2024 - 22:28 WIB

Hubungan Syariat, Tarekat, dan Hakikat

Kamis, 7 September 2023 - 19:02 WIB

Hukum Menyentuh Anjing dalam Keadaan Kering

Kamis, 7 September 2023 - 05:48 WIB

Bagaimana Cara Salat Makmum yang Tertinggal Bacaan Al-Fatihahnya Imam?

Minggu, 30 April 2023 - 05:16 WIB

5 Kriteria Syarat Wajib Berpuasa Ramadan

Senin, 13 Februari 2023 - 16:38 WIB

Hukum Posting Foto Korban Bencana

Senin, 13 Februari 2023 - 03:03 WIB

Vaksin dalam Perspektif Islam

Minggu, 4 Desember 2022 - 05:12 WIB

Tradisi Maulid di Pasuruan, Jawa Timur

Berita Terbaru

al-Quran

Belajar al-Quran dengan Buku Iqro (Jilid 1-6)

Minggu, 20 Okt 2024 - 23:48 WIB

al-Quran

13+ Syarah Tuhfatul Athfal PDF

Minggu, 20 Okt 2024 - 02:43 WIB

Info

Membeli Ihya Darul Minhaj; Apakah Worth It?

Rabu, 9 Okt 2024 - 05:43 WIB

Akidah

AGAMA & SAINS: Kritik Seputar Istilah Ilmiah

Senin, 9 Sep 2024 - 17:00 WIB

Fikih

Dalil Rukyat Hilal Tiap Bulan

Senin, 8 Jul 2024 - 20:08 WIB