Mustaqim.net – Sebelum menjelaskan perbuatan yang kurang menunjukkan adanya sikap bela negara, yang perlu diketahui terlebih dahulu adalah pengertian bela negara.
Pengertian Bela Negara
Bela negara adalah upaya menciptakan negara yang aman tentram yang sesuai dengan konsep baldatun, thayyibatun, wa rabbun ghafur. Apapun yang mengancam ketentraman negera tentu tergolong perbuatan yang kurang menunjukkan adanya sikap bela negara
Suara-suara yang membenturkan pancasila dengan negara Islam, merupakan salah-satu perbuatan yang kurang menunjukkan adanya sikap bela negara.
Sebelum menagakkan seharusnya tahu dulu, apa yang dimaksud negara Islam dalam kitab kuning. Bukan malah membuat negara Islam versinya sendiri.
Menjawab itu, saya akan mengutip pandangan Imam ar-Rofi’i. Simak redaksi berikut:
حاشية سـلـيمان الجـمل ، ج : 7 ، ص : 208، ما نـصه :
ثُمَّ رَأَيْت الرَّافِعِيَّ وَغَيْرَهُ ذَكَرُوا نَقْلًا عَنْ الْأَصْحَابِ أَنَّ دَارَ الْإِسْلَامِ ثَلَاثَةُ أَقْسَامٍ قِسْمٌ يَسْكُنُهُ الْمُسْلِمُونَ وَقِسْمٌ فَتَحُوهُ وَأَقَرُّوا أَهْلَهُ عَلَيْهِ بِجِزْيَةٍ مَلَكُوهُ أَوْ لَا وَقِسْمٌ كَانُوا يَسْكُنُونَهُ ثُمَّ غَلَبَ عَلَيْهِ الْكُفَّارُ قَالَ الرَّافِعِيُّ وَعَدُّهُمْ الْقِسْمَ الثَّانِيَ يُبَيِّنُ أَنَّهُ يَكْفِي فِي كَوْنِهَا دَارَ إسْلَامٍ كَوْنُهَا تَحْتَ اسْتِيلَاءِ الْإِمَامِ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهَا مُسْلِمٌ قَالَ وَأَمَّا عَدُّهُمْ الثَّالِثَ فَقَدْ يُوجَدُ فِي كَلَامِهِمْ مَا يُشْعِرُ بِأَنَّ الِاسْتِيلَاءَ الْقَدِيمَ يَكْفِي لِاسْتِمْرَارِ الْحُكْمِ
“Menurut pandangan Imam ar-Rofi’i bahwa negara Islam itu ada tiga macam:
1. Negara yang dihuni orang Islam
2. Negara yang ditaklukkan umat Islam, serta menetapkan pajak, baik ia memiliki atau tidak.
3. Negara yang pernah dihuni umat Islam, lalu diambil alih oleh orang kafir.
Imam ar-Rafi’i menjelaskan bahwa bagian kedua tergolong negara Islam, meski yang dikuasai tidak seorang pun beragama Islam. Sedangkan bagian ketiga tetap dikategorikan negara Islam lantaran kekuasaan yang berlalu, cukup untuk melanjutkan hukum (alias tetap negara Islam).”
Dengan keterangan negara Islam di atas, jelaslah bahwa negara Indonesia ‘sudah’ negara Islam. Lebih jelas dari itu, dalam Bughyatul-Mustarsyidin (hlm. 254):
مسألة : ي: كُلُّ مَحَلٍّ قَدَرَ مُسْلِمٌ سَاكِنٌ بِهِ عَلَى الْاِمْتِنَاعِ مِنَ الْحَرْبِيِّيْنَ فِيْ زَمَنٍ مِنَ الْأَزْمَانِ يَصِيْرُ دَارَ إِسْلَامٍ ، تَجْرِيْ عَلَيْهِ أَحْكَامُهُ فِيْ ذَلِكَ الزَّمَانِ وَمَا بَعْدَهُ ، وَإِنْ انْقَطعَ اِمْتِنَاعُ الْمُسْلِمِيْنَ بِاسْتِيْلَاء الْكُفَّارِ عَلَيْهِمْ وَمَنْعِهِمْ مِنْ دُخُوْلِهِ وَإِخْرَاجِهِمْ مِنْهُ ، وَحِيْنَئِذٍ فَتَسْمِيَتُهُ دَارَ حَرْبٍ صُوْرَةٌ لَا حُكْمًا ، فَعُلِمَ أَنَّ أَرْضَ بَتَاوِيْ بَلْ وَغَالِبُ أَرْضِ جَاوَةَ دَارُ إِسْلَامٍ لِاسْتِيْلَاءِ الْمُسْلِمِيْنَ عَلَيْهَا سَابِقًا قَبْلَ الْكُفَّارِ
“Semua tempat dimana muslim mampu untuk menempatinya pada suatu masa tertentu, maka ia menjadi negara Islam yang syariat Islam berlaku pada pada masa itu dan masa sesudahnya, walaupun kekuasaan umat Islam terputus oleh penguasaan orang-orang kafir terhadap mereka, dan larangan mereka untuk memasukinya kembali atau pengusiran terhadap mereka, maka dalam kondisi semacam ini, penamaannya dengan “daerah kafir harbi” hanya merupakan bentuk formalnya dan tidak hukumnya.Dengan demikian diketahui bahwa tanah Betawi dan bahkan sebagian besar Tanah Jawa adalah “daerah Islam” karena umat Islam pernah menguasainya sebelum penguasaan orang-orang kafir.”
Itu saat Indonesia dijajah orang kafir. Bagaimana dengan pasca kemerdekaaan? Jelas, keislaman negara Indonesia tidak perlu diragukan. Apalagi seakan mengesankan Indonesia bukan negara Islam, itu dapat sumber dari mana?